Sabtu, 20 Oktober 2012

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Urologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran / ilmu bedah yang mempelajari penyakit / kelainan traktus urinarius lelaki dan perempuan,genitalia lelaki,dan kelenjar suprarenal. Dokter spesialis yang mengkhususkan penanganan kasus urologi adalah dokter spesialis urologi yang mendapat pendidikan dalam mengenal, mendiagnosa, mengobati, dan melakukan penatalaksanaan kasus urologi. Traktus urogenitalia atau genitourinaria terdiri atas organ genitalia (reproduksi) dan urinaria. Keduanya dijadikan satu kelompok system urogenitalia, karena mereka saling berdekatan, berasal dari embriologi yang sama, dan menggunakan saluran yang sama sebagai alat pembuangan, misalkan uretra pada pria.
Penyakit urologi sudah dikenal sejak zaman mesir kuno, setua dengan tindakan bedah pada umumnya. Salah satu bukti arkeologi adalah diketemukannya batu di dalam buli-buli pada kerangka tulang pelvis anak laki-laki pada kuburan yang diperkirakan terjadi pada 5000 tahun yang lalu.
Pada saat ini, pelayanan urologi sudah cukup maju, apalagi setelah ditemukannya berbagai sarana penunjang diagnostik, obat-obatan, dan alat operasi yang lebih modern. Bantuan diagnostik laboratorium untuk penegakan diagnostik (petanda tumor/tumor marker), teknik pemeriksaan histo/sitokimia, polymerase chain rection (PCR), berbagai jenis pencitraan modern, diantaranya ultrasonografi (USG), computerized tomography (CT scan), dan magnetic resonance (MR), serta urodinamika dapat mempermudah dan mempertajam diagnosis kelainan urologi.
1.2   Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana anatomi dan fisiologi urologi ?’
1.2.2        Bagaimana patologi urologi ?
1.3  Tujuan
1.3.1  untuk mengetahui anatomi dan fisiologi urologi
1.3.2 untuk mengetahui patologi urologi
1.4   Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang  hal – hal  yang bersangkutan dengan  urologi dan bagaimana pula cara mengatasi gangguan – gangguan yang terdapat pada urologi.

Urologi adalah bedah khusus yang berfokus pada saluran kemih laki-laki dan perempuan, dan pada sistem reproduksi laki-laki. Profesional medis yang mengkhususkan diri di bidang urologi disebut urolog dan dilatih untuk mendiagnosa, mengobati, dan mengelola pasien dengan gangguan urologis. Organ ditutupi oleh urologi termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, uretra, dan organ-organ reproduksi pria (testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat dan penis). Baik urologist dan Ahli Bedah Umum beroperasi pada kelenjar adrenal.  Pada pria, sistem saluran kencing tumpang tindih dengan sistem reproduksi, dan pada perempuan saluran kemih membuka ke vulva. Dalam kedua jenis kelamin, saluran kemih dan reproduksi berdekatan, dan gangguan dari satu sering mempengaruhi yang lain. Urologi mengkombinasikan manajemen medis (non-bedah) masalah seperti infeksi saluran kencing dan hiperplasia prostat jinak, serta masalah bedah seperti manajemen operasi kanker, koreksi kelainan bawaan, dan inkontinensia stres mengoreksi.  Urologi adalah terkait erat dengan, dan dalam beberapa kasus tumpang tindih dengan, bidang onkologi medis, nefrologi, ginekologi, andrologi, bedah anak, gastroenterologi, dan endokrinologi.
anatomi fisiologi pada urologi:
1.      Enuresis
2.      Glomerulonefritis
3.      Hemodialisa
4.      Hiperkalemia
5.      Hipernatremia
6.      Hipokalemia
7.      Inkontinensia urine
8.      Mefropati
9.      Paraluisis ginjal
10.  Gagal ginjal akut
11.  Prelonefrin
12.  Prostatektomi
13.  Retensi urine
14.  Urolithiasis

1.      ENURESIS
Enuresis adalah istilah yang digunakan untuk kebiasaan pengeluaran air seni tanpa terkendali (mengompol) pada anak-anak yang berusia lebih dari tiga tahun. Mengompol bisa terjadi pada saat tidur siang hari, namun pada umumnya terjadi pada saat tidur malam hari.
Biasanya, anak yang menderita enuresis menyadari bahwa dirinya basah oleh air seninya melalui mimpi seolah sedang buang air kecil di kamar mandi. Anak terbangun dan sudah mendapati pakaian tidurnya basah oleh air seninya sendiri. Mengompol bisa berulang dengan frekuensi 5-6 kali dalam satu minggu. Kejadian enuresis bisa bervariasi yang disebabkan oleh kebiasaan atau oleh kondisi tertentu, misalnya saat anak merasa dirinya sedang sangat tertekan.
http://4jipurnomo.files.wordpress.com/2010/12/240x285ngompol.jpg?w=500
1.1  Tipe-tipe Enuresis
1. Enuresis diurnal
Mengompol pada siang hari.
2. Nokturnal enuresis
Mengompol pada malam hari. Hal ini masih dianggap normal bila terjadi pada balita dan apabila masih dialami anak usia di atas 5 tahun perlu mendapat perhatian khusus. Kasus ini tejadi hanya sekitar 1diantara 100 anak yang tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Pada sebagian besar kasus ngompol dapat sembuh sendiri sampai anak mencapai usia 10-15 tahun.
3. Enuresis primer
Dimana anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahunmasih tetap ngompol. Terjadi ketika anak tidak bisa kencing di toilet. Umumnya enuresis primer lebih banyak terjadi.Berdasarkan hasilpenelitian enuresis jenis ini dapat terjadi karena adanya faktor keturunan,apabila kedua orang tua memiliki riwayat ngompol maka 77% anaknya akan mengalami hal serupa. Bila hanya salah satu orang tua ada riwayat enuresis maka akan terjadi 44% pada anaknya dan bila kedua orang tua sama sekali tidak ada riwayat, kemungkinan terjadi enuresis pada anaknya hanya sekitar 15 %.
4. Enuresis Sekunder
Terjadi saat seorang anak yang sudah berhenti mengalami enuresis kira-kira sekitar 6 bulan lalu mengalaminya lagi setelah masa “tenggang” itu.

1.2 Penyebab Enuresis
Enuresis primer disebabkan :
a.       Faktor genetik
b.      Keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat.Normalnya bila kandung kemih sudah penuh maka dikirim pesan ke otak untuk mengeluarkan kencing dan balasan dari otak ialah agar kandung kencing dapat menahan sampaisi anak siap ke toilet tetapi pada keadaan keterlambatan matangnya fungsisusunan syaraf pusat maka proses initidak terjadi sehingga anak tidak dapat menahan kencing dan ngompol.
c.       Gangguan tidur. Tidur yang sangat dalam (deep sleep) akan menyebabkan anak tidak terbangun pada saat kandung kencing sudah penuh.
d.      Hormon anti diuretik kurang. Hormon ini membuat produksi air kencing dimalam hari berkurang tapi bilahormon kurang maka air kencing diproduksi terlalu banyak yang menyebabkan anak jadingompol.
e.       Kelainan anatomi, misalnyakandung kencing yang kecil.
Enuresis sekunder disebabkan :
a.       Stres kejiwaan: pelecehanseksual, mendapat adik baru, kematian dalam keluarga.
b.      Kondisi fisik terganggu: infeksi saluran kencing, diabetes, sembelit bahkan alergi. Jadi ngompol itu tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan tetapi oleh banyak faktor lain.


1.3  Cara Penanggulangan
Enuresis ini dapat diatasi tanpa obat dan dengan obat untuk anak berusia diatas 7 tahun yang tidak berhasil diatasitanpa obat. Prinsip pengobatan yaitu membuat kandung kencing dapat menahan lebih banyak kencing dan membantuginjal untuk mengurangi produksi kencing.

1.      Pengobatan dengan obat-obatan

š Dessmopressin
Obat yang merupakan sintetik analog arginin vasopresin, bekerja mengurangi produksi air kencing dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung kencing (intravesikular). Efek sampingyang sering adalah iritasi hidung bila obat diberikan melalui semprotan hidung dan sakit kepala bahkan menjadiagresif dan mimpi buruk, tapi hilang dengan pemberhentian obat.Dessmopresin diberikan sebelum tidur.
š imipramin
Obat yang bersifat antikolinergik tapi mekanismenya belum dimengerti.Ada teoriyang mengatakan obat ini menurunkan kontraktilitas kandung kencing sehingga kemampuan pengisian kandungkencing dan kapasitanya diperbesar. Imipramin mempunyai efek yang buruk terhadap jantung.

2.      Penanggulangan tanpa obat

š Terapi motivasi (motivational therapy)
Dengan memberikan hadiah pada anak bila tidak ngompol, hal ini dilihat dari catatan harian ngompol anak, bila dalam 3-6 bulan tidak berhasil maka dicari cara lain.
š Terapi alarm (behaviour modification)
Alarm diletakkan dekat alat kelamin anak, bila anak mulai ngompol maka alarm berbunyi sehingga anak terbangundan menahan kencingnya dan selanjutnya orang tua membantu anak meneruskan buang air kecil di toilet. Cara inidapat dikombinasikan dengan terapi motivasi.Perubahan positif akan terlihat sekitar 2 minggu atau beberapabulan.Cara ini memiliki keberhasilan 50 % hingga 70%
š Latihan menahan keluarnya air kencing (bledder training exercise)
Cara ini dilakukan pada anak yang memilikikandung kencing yang kecil
š Terapi kejiwaan (physiotherapy), terapi diet, terapi hipnotis (hypnotherapy) 
belum banyak dilakukan pada penanganan enuresis primer. Terapi diet yaitu membatasi makanan yang memiliki efek terhadap episode enuresis seperti yang mengandung coklat, soda, kafein.
Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu hal yang mudah.Hal ini diperlukan kerja sama antara orang tua, anakbahkan dokter.Sebagai orang tua kita harus menyingkapi masalah ini dengan penuh kesabaran dan pengertiankepada anak dengan tidak memojokkan atau mengolok-oloknya. Anak justru harus diberi motivasi dan kasih sayang agar terbentuk kepercayaan diri sehingga mereka dapatmengatasi masalah ngompol pada dirinya.Karena ngompol yang berlarut-larut akan mengganggu kehidupan sosialdan psikologis yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.

2.      GLOMERULONEFRITIS
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat imunologis.Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan interstitial maupun sistem vaskulernya. Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.

A. Definisi
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.
B. Etiologi
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29. Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alas an timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina,diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum penderita.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus adalah suatu sindrom nefrotik akut yang ditandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal. Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus terutama menyerang pada anak laki-laki dengan usia kurang dari 3 tahun.Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan masyarakat, maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi. Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.
C. Patogenesis
Dari hasil penyelidikan klinis imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab glomerulonefritis akut. Beberapa ahli mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1.                          Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.
2.                          Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan auto-imun yang merusak glomerulus.
3.                          Streptococcus nefritogen dengan membrane basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrane basalis ginjal.
D. Klasifikasi
a. Congenital (herediter)
1. Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif familial yang seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti lentikonus anterior. Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3% anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata penderita sindrom alport. Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran nafas atas. Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
2. Sindrom Nefrotik Kongenital
Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir. Gejala proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.
b. Glomerulonefritis Primer
1. Glomerulonefritis membranoproliferasif
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau nefropati IgA.

2. Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik. Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan insiden 2-6% pada anak dengan sindrom nefrotik. Umur rata-rata pasien pada berbagai penelitian berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan pada anak dengan umur kurang dari 1 tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan sindrom nefrotik merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%.

            3. Nefropati IgA (penyakit berger)
Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan sendi. Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya olahraga dan imunisasi.
c. Glomerulonefritis sekunder
Golerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pasca streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah. Glomerulonefritis pasca streptococcus datang dengan keluhan hematuria nyata, kadang-kadang disertai sembab mata atau sembab anasarka dan hipertensi.
E. Manifestasi Klinis
Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan glomerulus dan non glomerulus berdasarkan etiologi, histology, atau perubahan faal yang utama. Dari segi klinis suatu kelainan glomerulus yang sering dijumpai adalah hipertensi, sembab, dan penurunan fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis biasanya telah dapat membedakan berbagai kelainan glomerulus dan non glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis pasti. Tanda utama kelainan glomerulus adalah proteinuria, hematuria, sembab, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau secara bersama seperti misalnya pada sindrom nefrotik, gejala klinisnya terutama terdiri dari proteinuria massif dan hipoalbuminemia, dengan atau tanpa sembab. Riwayat Penyakit
Sebagian besar anak dengan kelainan glomrulus menunjukkan proteinuria atau hematuria yang ditemukan pada saat pemeriksaan urine atau hipertensi yang ditemukan pada saat pemeriksaan fisik. Sebagian kecil pasien menunjukkan tanda sembab sebagai gejala awal, sehingga diperlukan perhatian riwayat penyakit pasien dan keluarganya. Gejala yang sering ditemukan adalah hematuria atau kencing seperti merah daging, kadang-kadang disertai sembab ringan disekitar mata atau seluruh tubuh. Umumnya sembab berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal jantung. Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan glomerulonefritis akut pada hari pertama, kemudian pada akhir minggu pertama menjadi normal kembali. Hipertensi timbul karena vasospasme atau iskemia ginjal, suhu badan tidak tinggi, tetapi dapat tinggi sekali pada hari pertama. Riwayat yang spesifik pada anak dengan proteinuria, misalnya sembab periorbital, pratibial, skrotum atau anasarka pada sindroma nefrotik yang pada awalnya berupa sembab muka pada waktu bangun tidur dan menghilang pada siang hari, tetapi kemudian sembab akan menetap bila bertambah hebat atau menjadi anasarka. Hal ini sering dikira sebagai reaksi alergi, bertambahnya berat badan dengan cepat akibat ekspansi cairan ekstraseluler (dengan keluhan pakaian menjadi sempit atau perut buncit) jumlah urine berkurang. Pada kasus yang lebih berat terdapat anoreksia, sakit kepala, muntah dan bahkan kejang kadang disertai tanda penurunan fungsi ginjal seperti anoreksia, apatis, mudah lelah, lambat tumbuh, dan anemia. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien glomerulonefritis akut sangat dianjurkan untuk melakukan pengukuran berat dan tinggi badan, tekanan darah, adanya sembab atau asites. Melakukan pemeriksaan kemungkinan adanya penyakit sistemik yang berhubungan dengan kelainan ginjal seperti atritis, ruam kulit, gangguan kardiovaskular, paru dan system syaraf pusat.
Selama fase akut terdapat vasokonstriksi arteriola glomerulus yang mengakibatkan tekanan filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini kecepatan filtrasi glomerulus juga berkurang. Filtrasi air, garam, ureum dan zat-zat lainnya berkurang dan sebagai akibatnya kadar ureum dan kreatinin dalam darah meningkat. Fungsi tubulus relative kurang terganggu, ion natrium dan air diresorbsi kembali sehingga diuresis berkurang (timbul oliguria dan anuria) dan ekskresi natrium juga berkurang. Ureum diresorbsi kembali lebih dari pada biasanya, sehingga terjadi insufiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hidrema dan asidosis metabolik. Pemeriksaan Laboratorium Bila ditemukan proteinuria tersendiri (isolated proteinuria), hematuria mikroskopik atau ipertensi ringan pada anak yang tampak sehat, harus dilakukan evaluasi lebih lanjut. Hematuria mikroskopik dan hipertensi ringan biasanya hanya bersifat sementara. Hematuria nyata tanpa gejala lain biasanya berasal dari glomerulus dan bila telah diketahui adanya kelainan yang bermakna, harus segera dilakukan pemeriksaan selanjutnya. Laju enap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air). Pada pemeriksaan urine didapatkan jumlah urine berkurang dan berat jenis urine meninggi. Hematuria makroskopik ditemukan pada 50% penderita, ditemukan juga adanya albumin, eritrosit leukosit, silinder leokosit dan hialin. Albumin serum sedikit menurun demikian juga komplemen serum (globulin beta-1C) serta ureum dan kreatinin darah meningkat. Anemia sering dijumpai pada gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik. Hematuria harus diukur pada semua anak. Sebanyak 90% anak dengan glomerulonefritis akut menunjukkan peningkatan streptozim dan penurunan komplemen C3. Kadar C3 biasanya normal kembali dalam waktu 4-8 minggu dan steptozim dalam waktu 4-6bulan. Uji fungsi ginjal normal pada 50% penderita. Biopsi ginjal diperlukan untuk menegakkan diagnosis penyakit glomerulus, sebelum biopsy dilakukan pengukuran besar ginjal dan strukturnya untuk memastikan adanya dua buah ginjal dan menyingkirkan kemungkinan tumor dan kelainan lain yang merupakan indikasi kontra biopsy ginjal.
F. Pengobatan
Pengobatan terpenting adalah suportif, hipertensi dapat diatasi secara efektif dengan vasodilator perifer (hidralasin, nifedipin). Diuretik diperlukan untuk mengatasi retensi cairan dan hipertensi. Sebagian pasien hanya memerlukan terapi anti hipertensi jangka pendek (beberapa hari sampai beberapa minggu). Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat. Pasien dengan gejala encelopati hipertensif memerlukan terapi anti hipertensi yang agresif, diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgBB secara intramuskuler. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian maka selanjutnya reserpin diberikan per oral dengan dosis 0,03 mg/kgBB/hari.
Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialysis peritoneum atau hemodialisis. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomeruloefritis akut tetapi akhir-akhir ini pemberian furosemid (lasix) 1mg/kgBB/kali secara intra vena dalam 5-10 menit berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus. Pemberian penicillin pada fase akut akan mengurangi menyebarnya infeksi streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian antibiotika ini dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pasien glomerulonefritis akut dengan gagal ginjal akut memerlukan terapi yang tepat, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kortikosteroid dan imunosupresan tidak diberikan oleh karena tidak terbukti berguna untuk pengobatan.
Pada Fase akut diberikan makanan rendah protein (1g/kgBB/hari) dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi, dan oliguria maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
G. Komplikasi
1. Glomerulonefritis kronik sebagai kelanjutan dari glomerulonefritis akut yang tidak mendapat pengobatan secara tuntas.
2. Gagal ginjal akut dengan manifestasi oliguria sampai anuria yang dapat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufiiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia. Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
3. Enselopati hipertensi merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.
4. Gangguan sirkulasi berupa dispnea, ortopnea, terdapatnya ronkhi basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang buka saja disebabkan spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
5. Anemia yang timbul karena adanya hipovolemia disamping sintesis eritropoetik yang menurun.
H. Prognosis
Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5% diantaranya mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal penyakit dengan menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal kembali. Fungsi ginjal(ureum dan kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-4 minggu. Potter dan kawan-kawan menemukan kelainan sediment urine yang menetap (proteinuria dan hematuria) pada 3,5% dari 534 pasien yang diikuti selama 12-17 tahun di Trinidad.Gejala fisis menghilang dalam minggu ke 2 atau ke 3, kimia darah menjadi normal pada minggu ke 2 dan hematuria mikroskopik atau makroskopik dapat menetap selama 4-6 minggu. LED meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan, protein sedikit dalam urine dan dapat menetap untuk beberapa bulan. Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase penyembuhan, tetapi umumnya tidak mengubah proses penyakitnya. Penderita yang tetap menunjukkan kelainan urine selama 1 tahun dianggap menderita penyakit glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi penyembuhan sempurna. LED digunakan untuk mengukur progresivitas penyakit ini, karena umumnya tetap tinggi pada kasus-kasus yang menjadi kronis. Diperkirakan 95 % akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis kronis.

3.      HEMODIALISA
http://annurhospital.com/web/images/stories/hd-1.png            Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan dialisa=pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeabel ( Pardede, 1996 ). Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).
1.1  Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat
b. Membuang kelebihan air.
c. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
e. Memperbaiki status kesehatan penderita.

1.2  Proses Hemodialisa
Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :
a.       Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.
b.      Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.
c.       Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat ( Lumenta, 1996 ).

1.3  Alasan dilakukannya Hemodialisa
Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan :
a.       Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
b.      Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
c.       Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan lainnya.
d.      Gagal jantung
e.       Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ).

1.4  Frekuensi Hemodialisa.
      Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
1 ) Penderita kembali menjalani hidup normal.
2 ) Penderita kembali menjalani diet yang normal.
3 ) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
4 ) Tekanan darah normal.
5 ) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif ( Medicastore.com, 2006 )

Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
1.5  Komplikasi pada Hemodialisa
Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah :
a.       Hipotensi
b.      Kram otot
c.       Mual atau muntah
d.      Sakit kepala
e.       Sakit dada
f.       Gatal-gatal
g.      Demam dan menggigil
h.      Kejang 



4.      HIPERKALEMIA (Kadar Kalium Darah yang Tinggi)
Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L darah. Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah lebih berbahaya daripada konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah yang lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Bila konsentrasi yang tinggi ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan jantung akan berhenti berdenyut.
1.1 PENYEBAB
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium dengan baik.Mungkin penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti triamterene, spironolactone dan ACE inhibitor. Hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit Addison, dimana kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh ginjal dalam jumlah cukup.Penyakit Addison dan penderita AIDS yang mengalami kelainan kelenjar adrenal semakin sering menyebabkan hiperkalemia.Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia berat. Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang buruk biasanya harus menghindari makanan yang kaya akan kalium. Hiperkalemia dapat juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium secara tiba-tiba dilepaskan dari cadangannnya di dalam sel.
1.2  Hal ini bisa terjadi bila:
- sejumlah besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera tergilas)
- terjadi luka bakar hebat
- overdosis kokain. Banyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui kemampuan ginjal untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia yang bisa berakibat fatal.
1.3  GEJALA
Hiperkalemia ringan menyebabkan sedikit gejala.Gejalanya berupa irama jantung yang tidak teratur, yang berupa palpitasi (jantung berdebar keras).
1.4  DIAGNOSA
Biasanya hiperkalemia pertama kali terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin atau karena ditemukannya perubahan pada pemeriksaan EKG.
1.5  PENGOBATAN
Pengobatan harus segera dilakukan jika kalium meningkat diatas 5 mEq/L pada seseorang dengan fungsi ginjal yang buruk atau di atas 6 mEq/L pada seseorang dengan fungsi ginjal yang normal.Kalium bisa dibuang dari tubuh melalui saluran pencernaan atau ginjal ataupun melalui dialisa. Kalium dapat dibuang dengan merangsang terjadinya diare dan dengan menelan sediaan yang mengandung resin pengisap kalium. Resin ini tidak diserap di saluran pencernaan, sehingga kalium keluar dari tubuh melalui tinja. Bila ginjal berfungsi dengan baik, diberikan obat diuretik untuk meningkatkan pengeluaran kalium.Jika diperlukan pengobatan segera, dapat diberikan larutan intravena yang terdiri dari kalsium, glukosa atau insulin.Kalsium membantu melindungi jantung dari efek kalium konsentrasi tinggi, meskipun efek ini hanya berlangsung beberapa menit saja.Glukosa dan insulin memindahkan kalium dari darah ke dalam sel, sehingga menurunkan konsentrasi kalium darah.Jika pengobatan ini gagal atau jika terjadi gagal ginjal, mungkin perlu dilakukan dialisa.

Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.
1.1  PENYEBAB
Pada hipernatremia, tubuh mengandung terlalu sedikit air dibandingkan dengan jumlah natrium.Konsentrasi natrium darah biasanya meningkat secara tidak normal jika kehilangan cairan melampaui kehilangan natrium, yang biasanya terjadi jika minum terlalu sedikit air. Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara tidak langsung menunjukkan bahwa seseorang tidak merasakan haus meskipun seharusnya dia haus, atau dia haus tetapi tidak dapat memperoleh air yang cukup untuk minum.
1.2  Hipernatremia juga terjadi pada seseorang dengan:
- fungsi ginjal yang abnormal
- diare
- muntah
- demam
- keringat yang berlebihan.
Hipernatremia paling sering terjadi pada usia lanjut. Pada orang tua biasanya rasa haus lebih lambat terbentuk dan tidak begitu kuat dibandingkan dengan anak muda. Usia lanjut yang hanya mampu berbaring di tempat tidur saja atau yang mengalami demensia(pilkun), mungkin tidak mampu untuk mendapatkan cukup air walaupun saraf-saraf hausnya masih berfungsi. Selain itu, pada usia lanjut, kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih mulai berkurang, sehingga tidak dapat menahan air dengan baik. Orang tua yang minum diuretik, yang memaksa ginjal mengeluarkan lebih banyak air, memiliki resiko untuk menderita hipernatremia, terutama jika cuaca panas atau jika mereka sakit dan tidak minum cukup air. Hipernatemia selalu merupakan keadaan yang serius, terutama pada orang tua.Hampir separuh dari seluruh orang tua yang dirawat di rumah sakit karena hipernatremia meninggal.Tingginya angka kematian ini mungkin karena penderita juga memiliki penyakit berat yang memungkinkan terjadinya hipernatremia.
Penyebab utama dari hipernatremi:
  1. Cedera kepala atau pembedahan saraf yang melibatkan kelenjar hipofisa
  2. Gangguan dari elektrolit lainnya (hiperkalsemia dan hipokalemia)
  3. Penggunaan obat (lithium, demeclocycline, diuretik)
  4. Kehilangan cairan yang berlebihan (diare, muntah, demam, keringat berlebihan)
  5. Penyakit sel sabit
  6. Diabetes insipidus.
1.3  GEJALA
Gejala utama dari hipernatremia merupakan akibat dari kerusakan otak. Hipernatremia yang berat dapat menyebabkan:
- kebingungan
- kejang otot
- kejang seluruh tubuh
- koma
- kematian.
1.4  DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.
1.5  PENGOBATAN
Hipernatremia diobati dengan pemberian cairan.Pada semua kasus terutama kasus ringan, cairan diberikan secara intravena (melalui infus).Untuk membantu mengetahui apakah pembelian cairan telah mencukupi, dilakukan pemeriksaan darah setiap beberapa jam.Konsentrasi natrium darah diturunkan secara perlahan, karena perbaikan yang terlalu cepat bisa menyebabkan kerusakan otak yang menetap.
Pemeriksaan darah atau air kemih tambahan dilakukan untuk mengetahui penyebab tingginya konsentrasi natrium.Jika penyebabnya telah ditemukan, bisa diobati secara lebih spesifik. Misalnya untuk diabetes insipidus diberikan hormon antidiuretik (vasopresin)

6.      HIPONATREMIA (Kadar Natrium Darah yang Rendah)
Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah.
1.1  PENYEBAB
Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh terlalu banyaknya air dalam tubuh. Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang yang minum air dalam jumlah yang sangat banyak (seperti yang kadang terjadi pada kelainan psikis tertentu) dan pada penderita yang dirawat di rumah sakit, yang menerima sejumlah besar cairan intravena.Jumlah cairan yang masuk melebihi kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya.
Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang ginjalnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya padagagal ginjal.Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan sirosis hati, dimana volume darah meningkat. Pada keadaan tersebut, kenaikan volume darah menyebabkan pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total dalam tubuh biasanya meningkat juga.
Hiponatremia terjadi pada orang-orang yang kelenjar adrenalnya tidak berfungsi (penyakitAddison), dimana natrium dikeluarkan dalam jumlah yang sangat banyak.Pembuangan natrium ke dalam air kemih disebabkan oleh kekurangan hormon aldosteron. Penderita Syndrome of Inappropriate Secretion of Antidiuretik Hormone (SIADH) memiliki konsentrasi natrium yang rendah karena kelenjar hipofisa di dasar otak mengeluarkan terlalu banyak hormon antidiuretik.Hormon antidiuretik menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan sejumlah natrium dalam darah.
Penyebab hiponatremia:
  1. Meningitis dan ensefalitis
  2. Tumor otak
  3. Psikosa
  4. Penyakit paru-paru (termasuk pneumonia dan kegagalan pernafasan akut)
  5. Kanker (terutama kanker paru dan pankreas)
  6. Obat-obatan: - chlorpropamide (obat yang menurunkan kadar gula darah)
- Carbamazepine (obat anti kejang)
- Vincristine (obat anti kanker)
- Clofibrate (obat yang menurunkan kadar kolesterol)
- Obat-obat anti psikosa
- Aspirin, ibuprofen dan analgetik lainnya yang dijual bebas
- Vasopressin dan oxytocin (hormon antidiuretik buatan).
1.2  GEJALA
Beratnya gejala sebagian ditentukan oleh kecepatan menurunnya kadar natrium darah. Jika kadar natrium menurun secara perlahan, gejala cenderung tidak parah dan tidak muncul sampai kadar natrium benar-benar rendah. Jika kadar natrium menurun dengan cepat, gejala yang timbul lebih parah dan meskipun penurunannya sedikit, tetapi gejala cenderung timbul.
Otak sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi natrium darah.Karena itu gejala awal dari hiponatremia adalah letargi (keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur kembali).Sejalan dengan makin memburuknya hiponatremia, otot-otot menjadi kaku dan bisa terjadi kejang. Pada kasus yang sangat berat, akan diikuti dengan stupor (penurunan kesadaran sebagian) dan koma.
1.3  DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.
1.4  PENGOBATAN
Hiponatremia berat merupakan keadaan darurat yang memerlukan pengobatan segera.Cairan intravena diberikan untuk meningkatkan konsentrasi natrium darah secara perlahan.Kenaikan konsentrasi yang terlalu cepat bisa mengakibatkan kerusakan otak yang menetap. Asupan cairan diawasi dibatasi dan penyebab hiponatremia diatasi. Jika keadaannya memburuk atau tidak menunjukkan perbaikan setelah dilakukannya pembatasan asupan cairan, maka pada SIADH diberikan demeclocycline atau diuretik thiazide untuk mengurangi efek hormon antidiuretik terhadap ginjal

7.      HIPOKALEMIA (kadar kalium yang rendah dalam darah)
Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.
1.1  PENYEBAB
Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik.Jika konsentrasi kalium darah terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak berfungsi secara normal atau terlalu banyak kalium yang hilang melalui saluran pencernaan (karena diare, muntah, penggunaan obat pencahar dalam waktu yang lama atau polip usus besar).Hipokalemia jarang disebabkan oleh asupan yang kurang karena kalium banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari.
Kalium bisa hilang lewat air kemih karena beberapa alasan.Yang paling sering adalah akibat penggunaan obat diuretik tertentu yang menyebabkan ginjal membuang natrium, air dan kalium dalam jumlah yang berlebihan.Pada sindroma Cushing, kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar hormon kostikosteroid termasuk aldosteron.Aldosteron adalah hormon yang menyebabkan ginjal mengeluarkan kalium dalam jumlah besar.
Ginjal juga mengeluarkan kalium dalam jumlah yang banyak pada orang-orang yang mengkonsumsi sejumlah besar kayu manis atau mengunyah tembakau tertentu. Penderitasindroma Liddle, sindroma Bartter dan sindroma Fanconi terlahir dengan penyakit ginjal bawaan dimana mekanisme ginjal untuk menahan kalium terganggu.
Obat-obatan tertentu seperti insulin dan obat-obatan asma (albuterol, terbutalin dan teofilin), meningkatkan perpindahan kalium ke dalam sel dan mengakibatkan hipokalemia.Tetapi pemakaian obat-obatan ini jarang menjadi penyebab tunggal terjadinya hipokalemia.
1.2  GEJALA
Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali. Hipokalemia yang lebih berat (kurang dari 3 mEq/L darah) bisa menyebabkan kelemahan otot, kejang otot dan bahkan kelumpuhan.Irama jantung menjadi tidak normal, terutama pada penderita penyakit jantung.
1.3  DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.
1.4  PENGOBATAN
Kalium biasanya dapat dengan mudah digantikan dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalium atau dengan mengkonsumsi garam kalium (kalium klorida) per-oral.Kalium dapat mengiritasi saluran pencernaan, sehingga diberikan dalam dosis kecil, beberapa kali sehari. Sebagian besar orang yang mengkonsumsi diuretik tidak memerlukan tambahan kalium.Tetapi secara periodik dapat dilakukan pemeriksaan ulang dari konsentrasi kalium darah sehingga sediaan obat dapat diubah bilamana perlu.Pada hipokalemia berat, kalium bisa diberikan secara intravena. Hal ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan biasanya hanya dilakukan di rumah sakit, untuk menghindari kenaikan kadar kalium yang terlalu tinggi.

8.     INKONTINENSIA URINE
Stres inkontinensia urin (SUI), juga dikenal sebagai inkontinensia usaha, pada dasarnya adalah karena tidak cukup kekuatan otot-otot dasar panggul. Ini adalah hilangnya sejumlah kecil urin berhubungan dengan batuk, tertawa, bersin, berolahraga atau gerakan lain yang meningkatkan tekanan intra-abdomen dan dengan demikian meningkatkan tekanan pada kandung kemih. Urethra didukung oleh fasia dasar panggul. Jika dukungan ini cukup, uretra dapat bergerak ke bawah pada saat tekanan perut meningkat, sehingga urin untuk lulus.
Pada pria, inkontinensia stres adalah umum berikut prostatektomi. Ini adalah bentuk paling umum inkontinensia pada pria. Pada wanita, perubahan fisik akibat kehamilan, melahirkan, dan menopause sering menyebabkan stres inkontinensia. Inkontinensia stres dapat memperburuk selama seminggu sebelum masa menstruasi. Pada waktu itu, menurunkan kadar estrogen dapat menyebabkan tekanan otot lebih rendah sekitar urethra, meningkatkan kemungkinan kebocoran. Insiden inkontinensia stres meningkat menopause berikut, juga karena tingkat estrogen menurun. Pada wanita tingkat tinggi atlet, inkontinensia usaha terjadi di semua olahraga yang melibatkan peningkatan diulang mendadak dalam tekanan intra-abdomen yang mungkin melebihi resistensi lantai perineum. Sebagian besar hasil lab seperti analisis urin, sistometri dan volume residu postvoid normal. Inkontinensia stres dapat diobati.
1.1 Inkontinensia urgensi
Urge incontinence adalah hilangnya disengaja urin terjadi tanpa alasan yang jelas tiba-tiba merasa perlu sementara atau dorongan untuk buang air kecil. Penyebab paling umum dari urge incontinence adalah kontraksi detrusor disengaja dan tidak pantas otot.  Profesional medis menjelaskan seperti kandung kemih sebagai "tidak stabil", "spastik", atau "terlalu aktif". Mendesak mengompol juga dapat disebut "inkontinensia refleks" jika hasil dari saraf terlalu aktif mengendalikan kandung kemih.
Pasien dengan urge incontinence bisa menderita inkontinensia selama tidur, setelah minum sedikit air, atau ketika mereka menyentuh air atau mendengarnya berjalan (seperti ketika mencuci piring atau mendengar orang lain mandi). Tindakan sukarela dari otot kandung kemih bisa terjadi karena kerusakan pada saraf kandung kemih, ke sistem saraf (sumsum tulang belakang dan otak), atau otot itu sendiri. Multiple sclerosis, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, stroke, dan cedera-termasuk cedera yang terjadi selama operasi-bisa seluruh membahayakan saraf kandung kemih atau otot.
1.2 Fungsional inkontinensia
Inkontinensia fungsional terjadi ketika seseorang mengakui kebutuhan untuk buang air kecil, tetapi tidak dapat secara fisik membuat ke kamar mandi di waktu karena mobilitas terbatas. Kehilangan urin mungkin besar. Penyebab inkontinensia fungsional termasuk kebingungan, demensia, penglihatan yang buruk, mobilitas miskin, ketangkasan miskin, keengganan ke toilet karena drunkeness depresi, kecemasan atau kemarahan,, atau berada dalam situasi di mana tidak mungkin untuk mencapai toilet.
Orang dengan inkontinensia fungsional mungkin memiliki masalah berpikir, bergerak, atau berkomunikasi yang mencegah mereka dari mencapai toilet. Seseorang dengan penyakit Alzheimer, misalnya, tidak mungkin berpikir cukup baik untuk merencanakan perjalanan tepat waktu untuk kamar kecil. Seseorang di kursi roda mungkin terhalang dari mendapatkan ke toilet dalam waktu. Kondisi seperti ini sering dikaitkan dengan usia dan account untuk beberapa inkontinensia perempuan tua dan laki-laki di panti jompo. Penyakit atau biologi belum tentu penyebab inkontinensia fungsional. Misalnya, seseorang di perjalanan mungkin antara istirahat dan berhenti di jalan raya, juga, mungkin ada masalah dengan kamar mandi di sekitar seseorang.
1.3 Inkontinensia overflow
Kadang-kadang orang menemukan bahwa mereka tidak dapat menghentikan mereka dari kandung kemih terus menggiring bola, atau melanjutkan untuk menggiring bola untuk beberapa saat setelah mereka lulus urin. Seolah-olah mereka kandung kemih seperti panci terus meluap, maka nama umum inkontinensia overflow. Inkontinensia overflow terjadi ketika kandung kemih pasien selalu penuh sehingga sering kebocoran urin. Otot-otot kandung kemih yang lemah, sehingga dalam mengosongkan kandung kemih tidak lengkap, atau uretra tersumbat dapat menyebabkan jenis inkontinensia. Neuropati otonom akibat diabetes atau penyakit lain (misalnya Multiple sclerosis) dapat menurunkan sinyal saraf dari kandung kemih (memungkinkan untuk Overfilling) dan juga dapat menurunkan pengusiran urin oleh otot detrusor (memungkinkan untuk retensi urin). Selain itu, tumor dan batu ginjal dapat memblokir uretra. Cedera tulang belakang atau kelainan sistem saraf adalah penyebab tambahan inkontinensia overflow. Pada pria, benign prostatic hyperplasia (BPH) juga dapat membatasi aliran urin. Inkontinensia overflow jarang terjadi pada wanita, meskipun kadang-kadang hal itu disebabkan oleh fibroid atau tumor ovarium. Juga inkontinensia overflow dapat dari stopkontak resistensi meningkat dari prolaps vagina canggih menyebabkan "kink" dalam uretra atau setelah prosedur anti-inkontinensia yang telah overcorrected masalah. Gejala awal termasuk aliran ragu-ragu atau lambat urine selama buang air kecil sukarela. Obat antikolinergik dapat memperburuk inkontinensia overflow.
1.4 Struktural inkontinensia
Jarang, masalah struktural bisa menyebabkan inkontinensia, biasanya didiagnosis pada masa kanak-kanak, misalnya sebuah ureter ektopik. Fistula disebabkan oleh trauma obstetrik dan ginekologi atau cedera juga dapat menyebabkan inkontinensia. Jenis fistula vagina termasuk yang paling sering, fistula vesicovaginal, tetapi lebih jarang fistula ureterovaginal. Ini mungkin sulit untuk mendiagnosa. Penggunaan teknik standar bersama dengan vaginogram atau radiologis melihat kubah vagina dengan berangsur-angsur dari media kontras.
1.5 Mengompol (enuresis)
Mengompol adalah UI episodik saat tidur. Hal ini normal pada anak-anak muda.
1.6 Lain jenis inkontinensia
Gangguan inkontinensia campuran urin tidak jarang pada populasi perempuan tua dan kadang-kadang dapat menjadi rumit dengan retensi urin, yang membuatnya menjadi tantangan yang membutuhkan perawatan dipentaskan pengobatan multimodal.
"Inkontinensia Transient" adalah versi sementara inkontinensia. Hal ini dapat dipicu oleh obat, infeksi saluran kemih, gangguan mental, mobilitas terbatas, dan impaksi tinja (sembelit parah), yang dapat mendorong terhadap saluran kemih dan menghambat aliran keluar.
 .
 .